Senin, 24 Desember 2012

BIOGRAFI TOKOH PENDIDIKAN ISLAM



BIOGRAFI TOKOH PENDIDIKAN



IMAM MUSLIM BIN AL-HAJJAJ AN- NAISABURI
Oleh :
Nama   : Moh. Mahyuddin
NIM : 110083
Kelas/Semester : C/III


I.          Pendahuluan
Pendidikan Islam adalah suatu sarana atau alat untuk mengetahui Islam lebih jauh. Dengan pendidikan Islam kita sebagai seorang muslim sudah seharusnya mempelajari pendidikan islam. Di sekitar kita banyak sekali masyarakat muslim tetapi mereka sekarang terlena dengan modernisasi yang telah menghilangkan jati diri seorang muslim.
Pendidikan islam tidak muncul begitu saja di dunia, tetapi melalui pemikiran-pemikiran para pemikir Islam yang mengembangkan Islam. Salah satu dari ribuan pemikir Islam itu adalah Imam Muslim (Muslim al-Hajjaj an-Naisaburi0 salah satu dari Imam besar Islam.
II.       Pembahasan
Nama lengkapnya adalah Muslim bin Hajjaj bin Muslim bin Wardi bin Kawisyadz al-Qusyairi an-Naisaburi. Nama panggilannya adalah Abul Husain. Dia adalah imam besar, hafidz, menjadi hujjah dan shodiq 9 berlaku benar).
Kelahirannya: adz-Dzahabi berkata,”Imam Muslim lahir pada tahun 204 h dan aku mengira dia lahir sebelum tahun tersebut.”[1] Imam Muslim dilahirkan di Naisabur pada tahun 202 H atau 817 M. Imam Muslim bernama lengkap Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al Qusyairi an Naisaburi. Naisabur, yang sekarang ini termasuk wilayah Rusia, dalam sejarah Islam kala itu termasuk dalam sebutan Maa Wara'a an Nahr, artinya daerah-daerah yang terletak di sekitar Sungai Jihun di Uzbekistan, Asia Tengah.
Sifat-sifatnya: al-Hakim berkata,”aku telah mendengar Abdurrohman As-Sulami berkata,”Aku pernah melihat seorang syaikh yang wajah dan pakaianya rapai dan bagus. Orang tersebut mengenakan selendang di pundak dan sorban dengan kedua ujungnnya di biarkan menjulur di antara kedua pundaknya sehingga dia tampak agung. Orang berkata, bahwa orang itu adalah Imam Muslim.
Setelah mendengar berita itu, para pejabat pemerintah menyongsongnya. Mereka berkata, “amirul mukminin telah memerintahkan agar imam muslim bin hajjaj menjadi imam sholat kaum muslimin.” Lalu mereka pun mengiring imam muslim masuk ke masjid Jami’ untuk bertakbir Sholat bersama-sama manusia.”[2]
al-Hakim juga berkata,” aku telah mendengar ayahku berkata, “ aku telah melihat Imam Muslim bin al-Hajjaj memberikan hadis di daerah Khan Makhmasy. Dia berbadan tinggi, rambut dan jenggotnya sudah memutih, sedangkan kedua ujung sorbannya di biarkan terurai di antara kedua p-undaknya.”[3]


Pemikiran Imam Muslim
Dalam khazanah ilmu-ilmu Islam, khususnya dalam bidang ilmu hadits, nama Imam Muslim begitu monumental, setara dengan gurunya, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhary al-Ju’fy atau lebih dikenal dengan nama Imam Bukhari. Sejarah Islam sangat berhutang jasa kepadanya, karena prestasinya di bidang ilmu hadits, serta karya ilmiahnya yang luar biasa sebagai rujukan ajaran Islam, setelah al-Qur’an. Dua kitab hadits shahih karya Bukhari dan Muslim sangat berperan dalam standarisasi bagi akurasi akidah, syariah dan tasawwuf dalam dunia Islam.
Imam an-Nawawi secara ringkasnya berkata, “imam muslim dalam mencantumkan hadis-hadis dalam kitab karangannya Ash-Shahih menempuh jalan yang sangat cermat, teliti, wira’I dan disertai pengetahuan yang dalam dibidang hadis.
Cara tersebut menunjukkan bahwa dia merupakan sosok ulama’ yang selain kaya akan dasar-dasar ilmu, wacana, pengetahuan, dia juga jeli, lihai, selekstif, cermat, dan lihai memaparkan hadis,. Semua kelebihan ini terlihat jelas dari apa yang telah dituangkan dalam karyanya. Tidak banyak ulama yang mampu melakukan sebagaimana imam muslim. Semoga allah memberika rahmatnya kepadanya.
Dalam kesempatan ini, aku (an-Nawawi) ingin menyampaikan sepatah kalimat tentang kelebihan imam muslim. Aku berharap, apa yang aku sampaikan ini dapat menunjukkan kelebihan –kelebihan imam muslim yang lain. Kalimat yang aku maksudkan itu adalah, “ sesungguhnya manusia setelah masa imam muslim tidak akan pernah tahu kelebihan –kelebihan yang dimiliki imam muslim dalam bgidang hadis kecuali ia melihat san memperhatikan secara seksama kitab karyanya.
Dari kitab shohih muslim tersebut, manusia akan mengetahui bahwa betapa ahli, dalam ilmunya dan betapa banyak disiplin ilmu yang telah di kuasai imam muslim sehingga mampu menelurkank sebuauh karya seperti ini.
Yang jelas, untuk mkenelurkan karya seperti ini dituntut penguasaan berbagai pengetahuan mulai dari fiqih, dan ilmu ushulnya, bahsa aerab, nama para perawi hadis berikut sejarahnya, ilat pada sanad, dan ilat pada matan hadis dan lain-lain.
Dengan karyanya tersebut, dapat diketahui bahwa imam muslim adalah seorang yang kreatif, tajam, dan cemerlang pemikirannya. Disisi lain, dia juga sering bersinggungan dengan para penulis yang lain dan berdiskusi dengan mereka.
Diantara sikap selektifnya adalah membedakan antara haddatsana dan akhbarana ketika meriwayatkanb atau memperoleh hadis dari syaikhnya. Dan ini merupakan madzab imam muslim. Baginya, sesungguhnya haddatsana tidak boleh digunakan kecuali seorang telah mendengarkan hadis dari syaikh secara sendirian. Sedangkan, akhbarana apabila seorang perawi membacakan hadis kepada syaikh. Perbedaan penggunaan ini merupakan madzhab imam syafi’I dan mayoritas ulama’ dibelahan bagian timur.
Imam muslim juga membedakan istilah yang digunakan perawi hadis dari haddatsaba fulan wa fulanwa al-lafadz li fulan (fulan dan fulan memberikan hadis kepada kami dan lafal hadis ini menurut riwayat fulan pertama), qala (ia –satu orang- berkata ) dan qalaa (mereka berdua berkata).
Dia juga menhjelaskan ketiak terjadi perbedaan huruf dalam matan hadis, nama perawi atau nasabnya dan sejenisnya. Yang demikian itu karena terkadang perbedaan itu dapat merubah makna, terkadang maknanya berbeda dan terkadang juga tidak berpengaruh terhadap makna.
Yang jelas, penjelasan perbedaan ini sifsatnya tersamar yang hanya diketahui oleh ulam yang mahir dan menguasai hadis secara dalam. Perbedaan-perbedaan ini telah aku sampaikan di depan, tepatnya dalam al-fashl ( bagian) pertama ketika mengungkap kandungan fikih hadis yang tersembunyi berikut pandangan madzhab-madzhab ulama fikih terhadap hadis tersebut.
Imam muslim jugas mengkritisi dan menjelaskan riwayat perawi dari shahifah atau loembaran. Semisal hadis riwayat Hammam bin Munabbiih dari Abu Hurairoh. Yang demikian itu, seperti perkataan perawi, “Muhammad bi Rafi’ telah memberikan hadis kepada kami, dia berkata, “ abdurrozaq telah memberikan hadis kepada kami, ia berkata, “ Ma’mar telah memberikan hadis kepada kami dari Hammam, dia berkata, “ dengan ini lah abu hurairoh trelah memberikan hadis kepada kami dari Muhammad Rosulullah SAW.dalam lembaran itu terdapat hadis yang berbunyi,
“apabila kalian hendak melakukan wudhu, maka beristintsaqlah (memasukkan air kedalam hidung).”
Imam muslim juga memberikan penjelasan mengenai perawi hadis, misalnya adalah  perkataan perawi, “Abdullah namanya maslamah telah memberikan hadis kepada kami, ia berkata, “sulaiman -ibnu BIlal- telah memberikan kepada kami dari yahya ibnu said.” Dalam hal ini, imam muslim tidak serta merta langsung berkata , “ sulaiman bin bilal dari yahya n\bin said” karena ketika imam muslim menerima dari syaikhnya, nama-nama tersebut tidak di nisbatkan kepada ayahnya. Kalau syaikh meriwayatkan kepada imam musllim dengan nama perawi di nisbatkan kepada ayahnya, maka ia akan menyampaikan dengan nisbatnya sebagaimana dia menerimanya.
Imam muslim juga sangat berhati-hati dan jeli ketika mengumpulkan jalur-jalur periwayatan hadis. Oleh karena itu, redaksi kitabnmya sangat bagus karena singkat, padat, ramping, dan jelas. Penempatan hadis-hadis dengan rapi, tersusun berdasarkan maknanya menunjukkan bahwa ilmu pelakunya sangat dalam. Hal itu hanya dilakukan ketika pelakunya menguasai makna kitab hadis , dasar-dasar suatu kaidah, rahasia-rahasia ilmu sanad, tingkatan para perawi dan lain sebagainya.[4]
Imam Muslim wafat pada Ahad sore, pada tanggal 24 Rajab 261 H
III.     Analisis/Pendapat
Imam  Muslim memiliki karisma dimana dia memiliki suatu kelebihan tentang analisis hadis seperti guru beliau. Imam Bukhori mengajarkan beliau tentnag pengumpulan hadis yang harus menggunakank metode yang lebih kritis dan lebih efisien. Dari sinilah membuat imam bukhori dan Imam muslim menjadi sangat popular hingga zaman sekarang.
Setiap hadis yang beliau cantumkan dalam kitabnya adlaah hadis-hadis yang memiliki kadar shohih yang jelas dan terpercaya. Karena dari banyak hadis yang belaiu hafal hanya sebagaian yang beliau tulis. Ini membuktikan bahwa pengumpulan hadis harus di lakukan dengna metode yang sangat teliti, tegas, dan kritis.
IV.    Penutup
Demikian pemaparan yang dapat penulis sampaikan sebagai bahan ulangan mid semester gasal. Penulis menyadari atas segala kekurangan yang dimiliki. Mohon untuk dijadikan pertimbangan. Semoga apa yang penulis sampaikan dapat bermanfaat bagi umat.




[1] Tarikh AL-Islam 20/183
[2] Siyar A'lam an-Nubala'. 12/566
[3] Ibid. 12/570
[4] Ngkasan Muqoddimah al-Imam muslim li Syarh Shohih Muslim. 1/43-44

Tidak ada komentar:

Posting Komentar