BIOGRAFI TOKOH
PENDIDIKAN
IMAM MUSLIM BIN AL-HAJJAJ AN- NAISABURI
Oleh :
Nama : Moh. Mahyuddin
NIM : 110083
Kelas/Semester : C/III
I.
Pendahuluan
Pendidikan Islam adalah suatu sarana
atau alat untuk mengetahui Islam lebih jauh. Dengan pendidikan Islam kita
sebagai seorang muslim sudah seharusnya mempelajari pendidikan islam. Di
sekitar kita banyak sekali masyarakat muslim tetapi mereka sekarang terlena
dengan modernisasi yang telah menghilangkan jati diri seorang muslim.
Pendidikan islam tidak muncul begitu
saja di dunia, tetapi melalui pemikiran-pemikiran para pemikir Islam yang
mengembangkan Islam. Salah satu dari ribuan pemikir Islam itu adalah Imam
Muslim (Muslim al-Hajjaj an-Naisaburi0 salah satu dari Imam besar Islam.
II.
Pembahasan
Nama lengkapnya adalah Muslim bin
Hajjaj bin Muslim bin Wardi bin Kawisyadz al-Qusyairi an-Naisaburi. Nama
panggilannya adalah Abul Husain. Dia adalah imam besar, hafidz, menjadi hujjah
dan shodiq 9 berlaku benar).
Kelahirannya: adz-Dzahabi berkata,”Imam
Muslim lahir pada tahun 204 h dan aku mengira dia lahir sebelum tahun
tersebut.”[1]
Imam Muslim dilahirkan di Naisabur pada tahun 202 H atau 817 M. Imam Muslim
bernama lengkap Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz al
Qusyairi an Naisaburi. Naisabur, yang sekarang ini termasuk wilayah Rusia,
dalam sejarah Islam kala itu termasuk dalam sebutan Maa Wara'a an Nahr,
artinya daerah-daerah yang terletak di sekitar Sungai Jihun di Uzbekistan, Asia
Tengah.
Sifat-sifatnya: al-Hakim berkata,”aku
telah mendengar Abdurrohman As-Sulami berkata,”Aku pernah melihat seorang
syaikh yang wajah dan pakaianya rapai dan bagus. Orang tersebut mengenakan
selendang di pundak dan sorban dengan kedua ujungnnya di biarkan menjulur di
antara kedua pundaknya sehingga dia tampak agung. Orang berkata, bahwa orang
itu adalah Imam Muslim.
Setelah mendengar berita itu, para
pejabat pemerintah menyongsongnya. Mereka berkata, “amirul mukminin telah
memerintahkan agar imam muslim bin hajjaj menjadi imam sholat kaum muslimin.”
Lalu mereka pun mengiring imam muslim masuk ke masjid Jami’ untuk bertakbir
Sholat bersama-sama manusia.”[2]
al-Hakim juga berkata,” aku telah
mendengar ayahku berkata, “ aku telah melihat Imam Muslim bin al-Hajjaj
memberikan hadis di daerah Khan Makhmasy. Dia berbadan tinggi, rambut dan
jenggotnya sudah memutih, sedangkan kedua ujung sorbannya di biarkan terurai di
antara kedua p-undaknya.”[3]
Pemikiran Imam Muslim
Dalam khazanah ilmu-ilmu Islam,
khususnya dalam bidang ilmu hadits, nama Imam Muslim begitu monumental, setara
dengan gurunya, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhary al-Ju’fy atau lebih
dikenal dengan nama Imam Bukhari. Sejarah Islam sangat berhutang jasa
kepadanya, karena prestasinya di bidang ilmu hadits, serta karya ilmiahnya yang
luar biasa sebagai rujukan ajaran Islam, setelah al-Qur’an. Dua kitab hadits
shahih karya Bukhari dan Muslim sangat berperan dalam standarisasi bagi akurasi
akidah, syariah dan tasawwuf dalam dunia Islam.
Imam an-Nawawi secara ringkasnya
berkata, “imam muslim dalam mencantumkan hadis-hadis dalam kitab karangannya
Ash-Shahih menempuh jalan yang sangat cermat, teliti, wira’I dan disertai
pengetahuan yang dalam dibidang hadis.
Cara tersebut menunjukkan bahwa dia
merupakan sosok ulama’ yang selain kaya akan dasar-dasar ilmu, wacana,
pengetahuan, dia juga jeli, lihai, selekstif, cermat, dan lihai memaparkan
hadis,. Semua kelebihan ini terlihat jelas dari apa yang telah dituangkan dalam
karyanya. Tidak banyak ulama yang mampu melakukan sebagaimana imam muslim.
Semoga allah memberika rahmatnya kepadanya.
Dalam kesempatan ini, aku (an-Nawawi)
ingin menyampaikan sepatah kalimat tentang kelebihan imam muslim. Aku berharap,
apa yang aku sampaikan ini dapat menunjukkan kelebihan –kelebihan imam muslim
yang lain. Kalimat yang aku maksudkan itu adalah, “ sesungguhnya manusia
setelah masa imam muslim tidak akan pernah tahu kelebihan –kelebihan yang
dimiliki imam muslim dalam bgidang hadis kecuali ia melihat san memperhatikan
secara seksama kitab karyanya.
Dari kitab shohih muslim tersebut,
manusia akan mengetahui bahwa betapa ahli, dalam ilmunya dan betapa banyak
disiplin ilmu yang telah di kuasai imam muslim sehingga mampu menelurkank
sebuauh karya seperti ini.
Yang jelas, untuk mkenelurkan karya
seperti ini dituntut penguasaan berbagai pengetahuan mulai dari fiqih, dan ilmu
ushulnya, bahsa aerab, nama para perawi hadis berikut sejarahnya, ilat pada
sanad, dan ilat pada matan hadis dan lain-lain.
Dengan karyanya tersebut, dapat
diketahui bahwa imam muslim adalah seorang yang kreatif, tajam, dan cemerlang
pemikirannya. Disisi lain, dia juga sering bersinggungan dengan para penulis
yang lain dan berdiskusi dengan mereka.
Diantara sikap selektifnya adalah
membedakan antara haddatsana dan akhbarana ketika meriwayatkanb atau memperoleh
hadis dari syaikhnya. Dan ini merupakan madzab imam muslim. Baginya,
sesungguhnya haddatsana tidak boleh digunakan kecuali seorang telah
mendengarkan hadis dari syaikh secara sendirian. Sedangkan, akhbarana apabila
seorang perawi membacakan hadis kepada syaikh. Perbedaan penggunaan ini
merupakan madzhab imam syafi’I dan mayoritas ulama’ dibelahan bagian timur.
Imam muslim juga membedakan istilah
yang digunakan perawi hadis dari haddatsaba fulan wa fulanwa al-lafadz li fulan
(fulan dan fulan memberikan hadis kepada kami dan lafal hadis ini menurut riwayat
fulan pertama), qala (ia –satu orang- berkata ) dan qalaa (mereka berdua
berkata).
Dia juga menhjelaskan ketiak terjadi
perbedaan huruf dalam matan hadis, nama perawi atau nasabnya dan sejenisnya.
Yang demikian itu karena terkadang perbedaan itu dapat merubah makna, terkadang
maknanya berbeda dan terkadang juga tidak berpengaruh terhadap makna.
Yang jelas, penjelasan perbedaan ini
sifsatnya tersamar yang hanya diketahui oleh ulam yang mahir dan menguasai
hadis secara dalam. Perbedaan-perbedaan ini telah aku sampaikan di depan,
tepatnya dalam al-fashl ( bagian) pertama ketika mengungkap kandungan fikih
hadis yang tersembunyi berikut pandangan madzhab-madzhab ulama fikih terhadap
hadis tersebut.
Imam muslim jugas mengkritisi dan
menjelaskan riwayat perawi dari shahifah atau loembaran. Semisal hadis riwayat
Hammam bin Munabbiih dari Abu Hurairoh. Yang demikian itu, seperti perkataan
perawi, “Muhammad bi Rafi’ telah memberikan hadis kepada kami, dia berkata, “
abdurrozaq telah memberikan hadis kepada kami, ia berkata, “ Ma’mar telah
memberikan hadis kepada kami dari Hammam, dia berkata, “ dengan ini lah abu
hurairoh trelah memberikan hadis kepada kami dari Muhammad Rosulullah SAW.dalam
lembaran itu terdapat hadis yang berbunyi,
“apabila kalian hendak melakukan
wudhu, maka beristintsaqlah (memasukkan air kedalam hidung).”
Imam muslim juga memberikan penjelasan
mengenai perawi hadis, misalnya adalah perkataan perawi, “Abdullah namanya maslamah
telah memberikan hadis kepada kami, ia berkata, “sulaiman -ibnu BIlal- telah
memberikan kepada kami dari yahya ibnu said.” Dalam hal ini, imam muslim tidak
serta merta langsung berkata , “ sulaiman bin bilal dari yahya n\bin said”
karena ketika imam muslim menerima dari syaikhnya, nama-nama tersebut tidak di
nisbatkan kepada ayahnya. Kalau syaikh meriwayatkan kepada imam musllim dengan
nama perawi di nisbatkan kepada ayahnya, maka ia akan menyampaikan dengan
nisbatnya sebagaimana dia menerimanya.
Imam muslim juga sangat berhati-hati
dan jeli ketika mengumpulkan jalur-jalur periwayatan hadis. Oleh karena itu,
redaksi kitabnmya sangat bagus karena singkat, padat, ramping, dan jelas.
Penempatan hadis-hadis dengan rapi, tersusun berdasarkan maknanya menunjukkan
bahwa ilmu pelakunya sangat dalam. Hal itu hanya dilakukan ketika pelakunya
menguasai makna kitab hadis , dasar-dasar suatu kaidah, rahasia-rahasia ilmu
sanad, tingkatan para perawi dan lain sebagainya.[4]
Imam Muslim wafat pada Ahad sore, pada tanggal 24 Rajab
261 H
III.
Analisis/Pendapat
Imam Muslim
memiliki karisma dimana dia memiliki suatu kelebihan tentang analisis hadis
seperti guru beliau. Imam Bukhori mengajarkan beliau tentnag pengumpulan hadis
yang harus menggunakank metode yang lebih kritis dan lebih efisien. Dari
sinilah membuat imam bukhori dan Imam muslim menjadi sangat popular hingga
zaman sekarang.
Setiap hadis yang beliau cantumkan dalam kitabnya adlaah
hadis-hadis yang memiliki kadar shohih yang jelas dan terpercaya. Karena dari
banyak hadis yang belaiu hafal hanya sebagaian yang beliau tulis. Ini membuktikan
bahwa pengumpulan hadis harus di lakukan dengna metode yang sangat teliti,
tegas, dan kritis.
IV.
Penutup
Demikian pemaparan yang dapat penulis sampaikan sebagai
bahan ulangan mid semester gasal. Penulis menyadari atas segala kekurangan yang
dimiliki. Mohon untuk dijadikan pertimbangan. Semoga apa yang penulis sampaikan
dapat bermanfaat bagi umat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar