Selasa, 03 April 2012

PENDIDIKAN


PENDIDIKAN
MAKALAH








I.          PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Keselarasan, kesejahteraan serta kenyamanan hidup sangatlah dibutuhkan umat manusia di muka bumi ini. Untuk mencapai kemakmuran, keselarasan dan kesejahteraan hidup, tentu saja entitas manusia menjadi aktor penting dalam pembahasannya sebab manusia dibekali potensi dasar yang membedakannya dengan makhluk lainnya. Walaupun manusia adalah makhluk yang kontradiktif, dengan potensi akal yang dimiliki manusia, diharapkan tidak hanya membuatnya berbeda dengan makhluk lainnya, lebih dari itu ia ditugaskan mampu membawa perubahan terhadap bentuk dan kondisi dunia ini.
Potensi penting manusia berupa akal tersebut, tidak akan serta merta membawa perubahan ke arah lebih baik. Sebab keyakinan itu harus diinternalisasikan melalui mekanisme yang sistemik dan dapat dipertanggungjawabkan. Pendidikan adalah upaya yang dianggap mampu mendorong manusia untuk menjadikan hidupnya menjadi lebih baik. Pendidikan tidak saja dinilai sebagai alat untuk mencapai kesejahteraan manusia itu semata, lebih dari itu pendidikan dianggap mampu mengarahkan manusia kepada hakikat dirinya sendiri yaitu manusia sebagai khalifah di bumi yang bertanggung jawab untuk memakmurkannya. Agar sampai pada kapasitas pengetahuan dan intelektual manusia yang baik dalam pendidikan juga harus memperhatikan adanya faktor – faktor yang mendukung, sehingga proses pendidikan itu dapat berjalan dengan baik.
B.     Rumusan Masalah
Bedasarkan uraian diatas maka dapat diuraikan permasalahan – permasalahan sebagai berikut :
1.        Apakah definisi pendidikan itu?
2.        Apakah faktor – faktor pendidikan itu?
3.        Bagaimanakah implementasi pendidikan dalam kehidupan ?


II.       PEMBAHASAN
A.    Definisi Pendidikan
1.      Pendidikan dalam arti yang sederhana merupakan suatu usaha untuk membina keperibadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.
2.      Pendidikan merupakan usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.
3.      Langeveld: pendidikan merupakan usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
4.      John Dewey: pendidikan merupakan proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual, emosional ke arah alam dan sesama manusia.
5.      J.J. Rousseau: pendidikan memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
6.      Menurut undang-undang no 2 th 1989. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan pesdik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
7.      Menurut UU no 20 th 2003. pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar pesdik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memili kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
8.      Ahmad D. Marimba. Pendidikan merupakan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya keperibadian yang utama.[1]
9.      Rupert C. Lodge dalam philosophy of education ( 1974:23) menyatakan bahwa dalam pengertian yang luas pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman. Anak mendidik orang tuanya, murid mendidik gurunya, begitu juga yang dikatakan dan dilakukan oleh selain kita dapat disebut mendidik kita.
10.  Theodore Mayer Greene mengajukan definisi pendidikan yang sangat umum: pendidikan adalah usaha manusia untuk menyiapkan dirinya untuk suatu kehidupan yang bermakna.[2]
B.     FAKTOR  – FAKTOR PENDIDIKAN
1.      Tujuan
Dijelaskan dalam garis – garis besar Haluan Negara tahun 1993, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif dan terampil, berdisiplin,beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional harus menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa pahlawan serta berorientasi masa depan.
Tujuan pendidikan nasional tersebut, pada prinsipnya identik dengan rumusan tujuan pendidikan nasional sebagaimana termaktub dalam undang – undang No.2 tahun 1989 yaitu, “ pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.[3] ( DR.H.Abdurrahman Mas’ud,dkk,.202).
2.      Pendidik
Pendidik ialah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk mendidik. Dwi Nugroho Hidayanto menginventarisasi bahwa pengertian pendidik ini meliputi: a, orang dewasa, b, orang tua, c, guru, d, pemimpin masyarakat, e, pemimpin agama. Karakteristik pribadi dewasa susila, yaitu; mempunyai individualitas yang utuh, mempunyai sosialitas yang utuh, mempunyai norma kesusilaan dan nilai-nilai kemanusian, bertindak sesuai dengan norma dan nilai-nilai atas tanggung jawab sendiri demi kebahagian dirinyya dan kebahagian masyarakat atau orang lain.
Orang dewasa dapat disifati secara umum melalui gejala-gejala kepribadiannya, yaitu; a, telah mampu mandiri, b, dapat mengambil keputusan batin sendiri atas perbuatannya, c, memilki pandangan hidup, dan prinsip hidup yang pasti dan tetap, d, kesanggupan untuk ikut serta secara konstruktif pada matra sosio kultural; e, kesadaran akan norma-norma; f, menunjukkan hubungan pribadi dengan norma-norma.
Beberapa Karakteristik Pendidik.
• Kematangan diri stabil
• kematangan sosial yang stabil,
• kematangan profisional,
Guru sebagai Pendidik Formal.
         Di dalam UU Pokok Pendidikan No.4 tahun 1950 Pasal 15 ditetapkan bahwa: syarat-syarat menjadi guru, selain ijazah, dan syarat-syarat yang mengenai kesehatan jasmani dan rohani, ialah sifat yang perlu untuk dapat memberikan pendidikan dan pengajaran, yaitu: syarat profisional (ijazah), syarat biologis (Kesehatan jasmani), syarat psikologis (kesehatan mental); syarat paedagogis-didaktis (pendidikan dan pengajaran). Persyaratan pribadi adalah: berbudi pekerti luhur, kecerdasan yang cukup, temperamen yang tenang dan kestabilan dan kematangan emosional. Persyaratan jabatan pengetahuan tentang manusia dan masyarakat, dasar fundamental jabatan profesi, keahlian dalam cabang ilmu pengetahuan, dalam kepemimpinan, filsafat pendidikan yang pasti.
3.      Peserta Didik
Peserta didik adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, peserta didik dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan social, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif/paedagogis.
a.       Pendekatan sosial, peserta didik adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, dan masyarakat yang lebih luas. Peserta didik perlu disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri dari masyarakat. Kehidupan bermasyarakat itu dimulai dari lingkungan keluarga dan dilanjutkan di dalam lingkungan masyarakat sekolah. Dalam konteks inilah, peserta didik melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-guru, dan masyarakat yang berhubungan dengan sekolah. Dalam situasi inilah nilai-nilai social yang terbaik dapat ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung.
b.      Pendekatan Psikologis, peserta didik adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. Peserta didik memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti: bakat, inat, kebutuhan, social-emosional-personal, dan kemampuan jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan secara menyeluruh menjadi manusia seutuhnya. Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan efisiensi. Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan intelegensi, sosial, emosional, spiritual, yang saling berhubungan satu dengan lainnya.
c.       Pendekatan edukatif/paedagogis, pendekatan pendidikan menempatkan peserta didik sebagai unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan menyeluruh dan terpadu.
4.      Materi
Salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan eluruhan adalah kemampuan dan keberhasilan guru merancang materi pembelajaran. Materi Pembelajaran pada hakekatnya merupakan bagian tidak terpisahkan dari Silabus, yakni perencanaan, prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat Kegiatan Pembelajaran.[4]
Jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut.
1.      Fakta; adalah segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama nama
2.      objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya. Contoh: dalam mata pelajaran Sejarah: Peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan pembentukan Pemerintahan Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran Indonesia.
3.      Konsep; adalah segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti /isi dan sebagainya. Contoh: penyimpangan sosial adalah suatu pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat (Horton & Hunt 1987: 191), dsb.
4.      Prinsip; adalah berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting,meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antarkonsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. Contoh: Perilaku menyimpang timbul karena tidak adanya nilai atau norma yang dapat ditaati secara teguh, diterima secara luas, dan mampu mengikat serta mengendalikan masyarakat (Emile Durkhaim, 1897), dsb.
5.      Prosedur; merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. Contoh: praktik penelitian sosial, dsb.
6.      Sikap atau Nilai; merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar, dan bekerja, dsb. Contoh: aplikasi sosiologi dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk sikap toleransi dalam menghadapi fenomena sosial yang bervariasi.
5.      Metode
a.         Pengertian Metode
        Di tinjau dari segi etimologi (bahasa), metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Methodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata, yaitu “Metha” yang berarti melalui atau melewati, dan hodos yang berarti jalan atau cara. Maka metode memiliki arti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.
b.        Macam-macam Metode Penelitian
Teramat banyak untuk menyebutkan metode yang digunakan dalam suatu pembelajaran. Proses pembelajaran yang baik hendaknya menggunakan metode secara bergantian atau saling bahu membahu satu sama lain sesuai dengan situasi dan kondisi.
Berikut akan diuraikan secara singkat metode-metode pembelajaran yang sampai saat ini masih banyak digunakan dalam proses pembelajaran, diantaranya :
a)      Metode Ceramah
Ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Guru memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada waktu tertentu (waktunya terbatas) dan tempat tertentu pula.
b)      Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah metode pembelajaran yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara guru dan murid.
c)      Metode Diskusi
Diskusi pada dasarnya adalah adalah saling menukar informasi, pendapat dan unsure-unsur pengalaman secara tertentu dengan maksud untuk mendapatkan pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.


[1] blog.umy.ac.id/topik/files/2011/12/Pengertian-dan-faktor.doc
[2] Dr.H.Dindin Jamaluddin,Metode pendidikan anak.,Pustaka Al Fikriis:Bandung.2010.h.35
[3] DR.H.Abdurrahman Mas’ud,dkk,Paradigma Pendidikan Islam,fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo: Semarang,hal.202.
[4] http://info-makalah.blogspot.com/2010/05/materi-pendidikan-pembelajaran.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar